Dampak Buruk Gadget dan Pornografi Bagi Anak

By PPKS Bahtera - Juli 15, 2018

Penekanan mengapa mengapa kita harus belajar dalam mengawal anak-anak di jaman now disampaikan oleh Mbak Di (Nyi Mas Diane WS., Psi) di Talkshow Pendidikan Orang Tua Hebat – Mendorong Sekolah Ramah Anak, Solusi Cerdas Optimalkan Potensi Anak di Era Milenial yang berlangsung 1 Juli lalu. Perbedaan masa di antar kita dan anak-anak. Juga di antara kita dengan orang tua kita, terlebih di antara orang tua kita dengan cucunya begitu nyata. Masa-masa tiga generasi kita punya karakter yang berbeda jauh. Tidak persis antar generasi kita dan anak kita misalnya, bahkan dalam berbeda usia sepuluh tahun saja sudah berbeda karakternya. Hati-hati jika berpotensi menemukan dampak buruk gadget dan pornografi bagi anak.

https://i2-prod.mirror.co.uk/incoming/article11395307.ece/ALTERNATES/s810/Shocking-technology.jpg

Generasi Baby Boomers (lahir sebelum tahun 1969), generasi X (1969 – 1980), generasi milenial atau generasi Y (lahir tahun 1981 -1994 ), generasi Z (lahir tahun 1995 – 2010), dan generasi Alpha (lahir tahun 2010 hingga saat ini). Dilihat dari tahun-tahun tersebut – dari slide presentasi Mbak Di, saya masuk generasi X sementara ketiga anak saya adalah produk generasi Z.
Perkembangan internet pada masa saya tumbuh besar dulu sangatlah lambat. Saya baru mengenal internet ketika lulus kuliah (tahun 1997). Saya masih melihat komputer yang dioperasikan dengan sistem DOS saja. Saya masih melihat komputer Pentium 1, bahkan generasi di bawahnya. Saya juga masih menggunakan disket berukuran 5 ¼ inci sebagai tempat penyimpanan data dan masih menggunakan search engine Astalavista. Saya mendengar orang-orang menggunakan mIRC meskipun demikian saya tidak tertarik menggunakannya. Handphone pertama dimiliki suami saya pada tahun 2001, waktu itu SIM card masih mahal sekali. Selain itu, saya dan teman-teman saya sekarang menjadi pengguna email dan WA, juga media sosial seperti Facebook dan Instagram. Dari slide yang ditunjukkan Mbak Di, generasi X berciri ingin menunjukkan kemampuan diri, berorientasi kesejahteraan, dan memenuhi kebutuhan anak (secara positif).
Sementara itu, generasi Z memiliki ciri-ciri perpindahan (khususnya teknologi) antara satu hal dan hal lainnya sangat cepat. Contohnya saja, kita belum terbiasa dengan Revolusi Industri jilid 3 tiba-tiba saja jilid 4-nya sudah di depan mata. Selain itu, generasi ini mudah terganggu fokusnya, multi tasker, berjiwa pengusaha, memiliki jaringan sosial tinggi, dan mengglobal.

Era digital saat ini begitu memesona dan memunculkan banyak perkembangan yang memberi manfaat. Namun selain itu, dampak negatifnya tak kalah besar dari dampak positifnya jika kita tak memerhatikan atau memusingkannya. Gangguan kesehatan dan gangguan psikologi adalah salah satunya.
Gangguan psikologi contohnya NOMOPHOBIA (no-mobile-phone phobia), yaitu kecemasan bahkan ketakutan berlebihan jika hidup tanpa HP. Mengenai gangguan kesehatan – hal ini bisa muncul melalui radiasi antena HP. Mbak Di memperlihatkan sebuah video yang memperlihatkan presentasi dari Dr. Devra Davis – seorang epidemiologist mengenai akibat yang ditimbulkan dari radiasi ini. Saya kasih bocoran, ya: bisa menyebabkan gangguan di syaraf wajah dan otak akibat radiasi tersebut, stroke, gangguan di organ reproduksi laki-laki, hingga kanker payudara! Terbayangkankah jika anak-anak kita yang mengalaminya sementara kita saja yang orang dewasa ini bisa dengan mudah terkena dampak-dampak negatif itu?

Siapkan budget sebesar 10 kali lipat dari harga gawai,” tukas Mbak Di – jika kita membiasakan anak dengan gadget. Perhitungkan biaya dokter-dokternya, semisal dokter ahli syaraf, dokter onkologi, dokter ahli penyakit dalam, dan sebagainya. Bukan dampak penggunaan satu – dua – tiga kali penggunaannya yang merugikan, melainkan AKUMULASI penggunaannya selama berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun!
Nah, kira-kira, apa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi dampak-dampak buruk itu? Dari yang disampaikan oleh Dr. Devra Davis, kita dianjurkan untuk set gadget ke mode AIR PLANE (yang bergambar pesawat terbang). Hal ini dilakukan agar antena tidak mengeluarkan radiasinya karena sibuk mencari sinyal.
Yang perlu disikapi orang tua pula adalah pada Revolusi Industri jilid, banyak tenaga kerja manusia akan digantikan dengan robot. Revolusi Digital ubah perilaku bangsa. Manfaat perkembangan teknologi adalah memudahkan kita. Anak tetap harus dilindungi. “Tapi jangan halangi potensi manfaat agar tak gagal manfaat,” ucap Mbak Di.

Sekali lagi, Mbak Nyi Mas Diane mengingatkan mengenai bahaya pornografi, “Banyak orang tua takut anaknya kena narkoba sehingga melarang anaknya bermain di luar rumah namun sebagai kompensasinya, anak-anak diberi kebebasan akses internet (wifi) tanpa ada pengawasan dari orang tua. Anak menjadi kecanduan pornografi yang lebih berbahaya dari narkoba.” Istilahnya NARKOLEMA (narkotika lewat mata).
Dampak pornografi bagi anak:
  • Anak mudah terangsang sehingga sering masturbasi/onani, bahkan berzina.
  • Mengalami kerusakan otak sehingga anak tidak memiliki rasa bersalah dan rasa malu.
  • Melakukan penyimpangan dan kejahatan seksual.
Mbak Di juga memperlihatkan kepada kami video (saya duga dari tangkapan CCTV) yang menunjukkan anak usia sekolah dasar bermasturbasi di dalam warnet. 😰 Ketahuilah, hasil MRI[1] (Magnetic Resonance Imaging) otak anak yang terpapar pornografi sama parahnya dengan pengemudi mobil dengan kecepatan sangat tinggi yang mengalami kecelakaan dan cedera otak pada bagian atas alis kanan (Dr. Donald Hilton Jr – 2010).
“Bagian otak yang dirusak adalah Prefrontal Cortex – bagian yang membedakan manusia dengan binatang. Jika bagian ini rusak maka jadi binatang. Sifat kerusakannya seperti kecanduan narkoba tetapi kerusakannya seperti gegar otak,” Mbak Di menjelaskan kerusakan otak akibat pornografi.
Bukan hanya berhenti pada KERUSAKAN OTAK. Akibatnya kalau otak anak rusak, kata Mbak Di, adalah:
  • Berperilaku tidak wajar kepada masyarakat.
  • Melanggar etika sosial.
  • Memenangkan ego pribadi.
  • Mengucapkan kata-kata yang tidak pantas.
  • Tidak mampu memilih perilaku baik dan perilaku buruk.
  • Tawuran pelajar.
Nah, sasaran tembak pebisnis pornografi internasional ternyata bukan remaja tetapi anak lelaki yang belum baligh. Kenapa anak lelaki yang belum baligh? Alasannya karena:
  • Anak laki-laki cenderung bekerja dengan otak kiri sehingga lebih fokus.
  • Hormon seksnya lebih banyak daripada perempuan.
  • Alat kelaminnya berada di luar sehingga lebih gampang distimulasi.
  • Jauh lebih gampang membuatnya kecanduan ketimbang orang dewasa (kematangan fisik otak manusia pada usia 25 tahun). Jadi, sebelum matang fungsi otaknya sudah dirusak terlebih dulu dengan pornografi.
Pebisnis pornografi internasional melancarkan 4 hal yang diistilahkan 4A ini:
  • Acceptable (dapat diterima)
  • Affordable (terjangkau)
  • Agresif
  • Anonymous (tanpa nama)
Begitu mudah pornografi menghampiri anak kita melalui gadget. Para pebisnis pornografi ini menargetkan anak-anak yang: smart, lonely (kesepian), jiwanya hampa, sedang marah, depresi, dan kelelahan (misalnya dalam menjalani rutinitas sehari-hari, pulang sekolah harus les ini les itu lagi).
“Jangan tanyakan MAU JADI APA kepada anak tapi tanyakan MAU BUAT APA KAMU KE DEPANNYA. Berikan sikap yang baik pada anak Anda. Hargai anak Anda,” ucap Mbak Di. Waspadai sikap-sikap menyepelekan anak, melemahkan, membanding-bandingkan, dan lain-lain.
Sumber : www.mugniar.com

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Created with by BeautyTemplates | Distributed By Blogger Templates