Konsultasi dan Konseling Keluarga Lansia

By PPKS Bahtera - Januari 01, 2014


A.     Latar Belakang
Keberhasilan program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia telah diakui oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia, dan juga telah dikenal oleh negara-negara di dunia.Salah satu buktinya adalah, Indonesia ditunjuk sebagai tempat pelatihan negara-negara berkembang lainnya dalam program keluarga berencana. Penurunan total fertility rate dari sekitar 5,6 pada tahun 70-an menjadi 2,6 pada akhir tahun 90-an merupakan bukti bahwa program tersebut telah dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia secara sungguh-sungguh. Namun demikian, mulai tahun 2004 dimana Indonesia mengalami perubahan lingkungan strategis yang sangat drastis, yaitu sebagian kewenangan program KB diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota, maka capaian programpun terasa mulai menurun. Bahkan dalam 10 tahun terakhir dari hasil dua kali survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI), ternyata pencapaian program KB tersebut terlihat stagnan.
Keberhasilan program KB dalam menurunkan tingkat fertilitas dan peningkatan tingkat kesertaan ber-KB, di sisi lain memberikan pengaruh pada peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia). Salah satu penyebabnya antara lain, dengan jumlah anak yang sedikit maka kesempatan keluarga memperhatikan kesehatan anggota keluarganya semakin meningkat, dana pemerintahpun bisa dialihkan untuk meningkatkan kapasitas dan fasilitas serta profesionalisme pelayanan kesehatan.Dengan meningkatnya status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, maka jumlah penduduk lanjut usiapun semakin meningkat.
Jumlah penduduk lanjut usia  pada tahun 2012 diperkirakan  sekitar 24 juta orang atau 9,7 % dari penduduk Indonesia. Kondisi ini menimbulkan masalah baru bagi keluarga, maupun bagi pemerintah. Perubahan secara fisik biologis, munculnya penyakit degeneratif, perubahan mental psikologis, kemampuan sosialisasi, kemampuan ekonomi dan lain sebagainya merupakan hal-hal yang sangat umum terjadi pada penduduk lansia tersebut. Apabila hal ini tidak ditangani secara serius, terencana, terorganisir, terintegrasi dan tidak secara berkelanjutan, maka masalah yang dihadapi akan semakin besar.
BKKBN dalam hal ini Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan (Dithanlan) berusaha untuk merubah masalah-masalah tersebut di atas menjadi peluang yang menantang.Dengan demikian pemikiran pesimistis harus dirubah menjadi pemikiran yang optimis dan positif. Melalui berbagai usaha seperti membentuk dan mengembangkan program Bina Keluarga Lansia, serta pengembangan program lansia potensial. Saat ini program lansia merupakan bagian dari 7 (tujuh) program besar Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS).
Dalam rangka pengembangan program PPKS, bidang penanganan lanjut usia harus melakukan advokasi kepada para pemegang kewenangan, melakukan pelatihan bagi para kader, konselor, dan pengelola program,  menyiapkan bahan dan materi untuk konsultasi dan konseling keluarga lansia dan penduduk lanjut usia.

B.    Tujuan
Memberikan kemudahan bagi pelaksana pelayanan bidang konsultasi dan konseling keluarga Lansia dan Lansia dalam melaksanakan tugasnya agar Lansia mampu menjalani kehidupan dengan Sehat, Mandiri, dan Sejahtera (SMS), dan produktif serta selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

C.    Batasan Pengertian
  1. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari  suami dan  istri, atau suami, istri dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. (UU. No.52, Tahun 2009)
  2. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik–material guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan serta kebahagiaan lahir dan batin.
  3. Lansia (Lanjut Usia) adalah orang yang telah berusia 60 tahun keatas. (UU. No. 13Tahun 1998)
  4. Keluarga Lansia adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya telah berusia  60 tahun keatas atau keluarga yang terdiri dari suami istri, yang berusia 60 tahun keatas
  5. Bina Keluarga Lansiaadalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai lansia dan keluarga lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber- KB bagi PUS anggota kelompok kegiatan.
  6. Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia adalah program peningkatan ketahanan dan kesejahteraan lahir bathin, material spiritual bagi keluarga lansia .
  7. Kesehatan Reproduksi Lansia adalah kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh lansia. Pengertian sehat disini bukan semata-mata berarti secara fisik bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosio kultural berkait dengan kehidupan reproduksinya.
  8. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia adalah rangkaian dan/atau kelompok kegiatan yang berkaitan dengan upaya menjaga KRL.
  9. Perbedaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan Pendidikan Seks
  10. Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi. Lingkup bahasan Pendidikan  kesehatan reproduksi lansia mencakup seluruh proses yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek proses menuju era menopause sampai dengan hak-hak reproduksi. Dalam hal ini pendidikan seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan atau perilaku seksualitas.
  11. Sistem Sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan internal maupun eksternal, jalur neural yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak, dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut.
  12. Patologis adalah ilmu tentang penyakit atau pengertian lain adalah dalam keadaan sakit.
  13. Afektif/Affectivedomain (Ranah Afektif) adalah perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
  14. Dimensia adalah suatu penyakit degeneratif pada orang lanjut usia yang disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak sehingga sistem syaraf tidak dapat lagi membawa informasi dari dan ke otak serta mengakibatkan kemunduran daya ingat/pelupa dan keterampilan secara progresif, disertai gangguan emosi dan perubahan perilaku.
  15. Tingkah Laku Regresi (Sigmund Freud) adalah salah satu bentuk dari mekanisme defensif untuk seolah kembali ketika masih anak-anak atau tingkah laku yang kurang matang yang merupakan ciri dari tingkah laku anak kecil.
  16. Ambivalensi adalah perasaan tidak sadar yang saling bertentangan terhadap situasi yang sama/terhadap seseorang pada waktu yang sama atau dapat disebut juga sebagai perasaan mendua.
  17. Aktualisasi/Aktualisasi Diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologis yang unik, akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
  18. Agama adalah suatu keyakinan yang berasal dari ajaran nabi, rasul, dewa, roh kudus dan sebagainya yang disampaikan kepada umatnya sebagai bekal hidup di dunia dan di akhirat.
  19.  Mental adalah sikap kejiwaan seseorang yang menjadi pengatur aktivitas fisik (raga) dalam menjalani kehidupan bersama orang lain.
  20. Spiritual adalah suatu keyakinan yang percaya kepada kekuatan yang maha kuasa (Tuhan) di atas segala kemampuan manusia.
  21. Sosial Kemasyarakatan adalah penanaman nilai kepada setiap anggota bersama seluruh keluarganya, untuk dapat memiliki jiwa sosial, memiliki empati atau kepedulian, tolong menolong, dan solidaritas bagi kepentingan bersama sesama anggota kelompok lansia.
  22. Usaha Ekonomi Produktif adalah kegiatan produktif lansia di bidang ekonomi yang dapat menghasilkan pendapatan untuk dirinya. Kegiatan ekonomi yang dilakukan diupayakan sebagai perpaduan dengan kegiatan rekreatif.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Created with by BeautyTemplates | Distributed By Blogger Templates